WAJAH AGAMA: MERAWAT KEBERSAMAAN
· Oleh: Hikmatiar Harahap
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
|
Ada sebuah ungkapan sederhana yang
berbunyi maka jika Anda ingin cepat maka
pergilah sendiri, tetapi jika Anda ingin melangkah jauh pergi secara
bersama-sama. Yang maknanya kebersamaan itu sangatlah penting yang
unsurnya bukan hanya memaksimalkan kekuatan, tetapi menjadikan kehidupan lebih
baik. Kebutuhan akan kebersamaan yang setiap saat akan memudahkan kita mencapai
apa yang menjadi cita-cita kita bersama. Dorongan kebersamaan ini, tidak bisa
hanya mengandalkan sikap peduli terhadap satu golongan saja, namun, harus
berani menjelajahi lintas golongan, etnis, suku dan sebagainya. Kebersamaan itu
akan mengindahkan kehidupan baik dalam konteks berbangsa dan bernegara. Karena,
jika kebersamaan itu terwujud bukan saja manusia yang mendapat kebaikan tapi
semua makhluk hidup akan merasakan nikmat dari keberkahan. Jadi, setiap manusia
harus dapat menjaga serta merawat kebersamanan, agar keberlangsungan kehidupan
ke depannya lebih baik, itulah arti pentingnya sebuah kebersamaan.
Namun, jika suasana ini kita bawa
dalam konteks berbangsa, kebersamaan anak bangsa saat ini sedang dalam ujian. Dalam
keadaan inilah rakyat Indonesia di dorong oleh suatu kewajiban mencari jati
diri kepribadian nasional yang akhir-akhir ini mulai menghilang atau terkikis,
sebagai langkah yang pertama-tama harus diambil dalam rangka mengisi aktivitas
kehidupan masyarakat Indonesia. Penekanan kepentingan bersama merupakan satu
pemikiran bulat, sikap dan keyakinan yang diharus dijaga dan dirawat sebagai
orientasi kehidupan bernegara. Tanggungjawab untuk mewujudkan kesamaan gagasan
merupakan cita-cita ideal untuk membangun manusia Indonesia yang bercirikan
masyarakat religius, yang berkarakter dan berbudaya. Nilai-nilai ini merupakan
satu paket yang harus di bangun dengan kesadaran kolektif, sehingga dapat
dipastikan tidak ada lagi ruang dan tempat untuk mengukir dan mengatasnamakan
kepentingan pribadi maupun kelompok, tapi semua atas dasar kepentingan bersama.
Memantapkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi atau golongan merupakan kontekstualisasi dari
cita-cita kemerdekan. Namun, saat ini ada potensi yang mencoba untuk mengancam
dan ingin merusak kebersamaan dan kemesraan rakyat Indonesia melalui menebar
isu-isu murahan, termasuk di dalamnya menebar hoaks, menebar kebencian, saling
fitnah-menfitnah bahkan saling lapor melapor. Cara-cara yang jauh dari
kepribadian bangsa bahkan, yang paling disesalkan saling mengadu domba sesama
anak bangsa untuk kepentingan sesaat, dengan
memanfaatkan hajatan politik baik itu pilpres maupun pileg. Dalam sebuah hadits
Rasulullah Saw., bersabda: [“Wajib atas kalian untuk bersama dengan al-jamaah
dan berhati-hatilah kalian dari perpecahan. Sesungguhnya setan bersama orang
yang sendirian, sedangkan orang yang berdua dia lebih jauh. Barang siapa yang
menginginkan tengah-tengahnya (yang terbaiknya) surga maka hendaklah dia
bersama jamaah. Barangsiapa yang kebaikan-kebaikannya menggembirakan dia dan
kejelekan-kejelekannya menyusahkan dia,
maka dia adalah seorang mukmin”(HR at-Tarmidzi)].
Esensi membangun persatuan bukan
hanya dalam kepentingan agama, tetapi semua aktivitas kehidupan apalagi dalam
konteks berbangsa dan bernegara. Wahid Hasyim wakil ketua Masyumi menyatakan
pentingnya bangunan persatuan dalam kerangka pembentukan kebangsaan “Sejarah
masa lalu kita menunjukkan bahwa kita belum mencapai persatuan. Demi persatuan
ini, yang amat kita butuhkan dalam rangka membangun Indonesia, pertanyaan
penting dalam pemikiran kita bukanlah ‘Di mana tempat Islam seharusnya [dalam
negara itu]?’ Pertanyaan yang paling penting seharusnya adalah ‘Dengan cara apa
kita menjamin tempat agama [kita] di dalam Indonesia yang merdeka? ‘Oleh karena
itu, saya sekali lagi mengatakan: yang kita butuhkan pada saat ini adalah persatuan bangsa”.
Fokus persoalannya ada pada, sikap
membangun masyarakat, merupakan suatu hal yang rumit bahkan menguras tenaga dan
pikiran untuk mempersatukan dan mempersamakan persepsi ataupun gagasan. Jika
kita perhatikan saat ini, apakah sudah sangat mengkhawatirkan kondisi
masyarakat, sehingga perlu penanganan terhadap pihak-pihak yang berpotensi mengancam persatuan bangsa, sehingga harus di
sikapi dengan serius agar tidak terjadi pertikaian dan kerusuhan. Jika
jawabannya adalah ia, berarti ada yang salah dalam mengelolah bangsa dan negara
ini. Karena selama ini bangsa kita terkenal dengan kekuatan persatuan dan
kesatuannya yang terekam dalam filosofi bhinneka tungggal ika.
Kalau kita merujuk dalam sejarah
Islam bahwa periode Madinah fokus utamanya membangun kebersamaan. Tentu, konsep
ini yang harus di perbaharui dengan melihat situasi kondisi yang sedang
berkembang. Di samping itu juga, Alquran menganjurkan agar persaudaraan kaum
muslimin tetap terjaga agar terhindar dari pihak-pihak yang ingin merusak
ikatan persaudaraan sesama anak bangsa. Seraya tetap mempersiapkan kekuatan
bahwa tidak bisa kita pungkiri akan tiba suatu masa yang di penuhi konflik dan
ketengangan akibat perbedaan kelompok. Karenanya, setiap anggota masyarakat
harus berperan menjaga perdamaian, bukan justru memperburuk konflik dengan
berburu-buru membela anggota keluarga atau sukunya. Di samping itu, Alquran
mengakui bahwa tidak ada yang lebih mengikis keharmonisan masyarakat selain
membiarkan penyebaran gosip, gunjingan, dan perlakuan yang merendahkan pihak
lain.
Tentu dalam konteks kekinian
semakin berat rasanya membangun persatuan dan kesatuan. Sebab, dalam masyarakat
sendiri sedang berkembang penyakit sosial, seperti berkembangnya berita hoaks,
mengolok-olok, menyebut aib, menyebut kekurangan orang lain dengan cara
menimbulkan tawa, serta berusaha mencari kesalahan orang lain dan yang paling
menyita perhatian ada sekelompok yang saling lapor melapor serta saling fitnah
menfitnah. Penyakit sosial kemasyarakatan ini, tentu mengandung beberapa
konotasi termasuk godaan, hasutan, persekusi, pengkhianatan, pembangkangan, dan
pengrusakan. Jika penyakit ini tidak cepat di sembuhkan dampaknya, berpotensi
menyebabkan perpecahan dan perselisihan dalam masyarakat. Tentu hal ini,
sesuatu yang tidak kita inginkan bersama. Apalagi dalam menghadapi moment pesta
demokrasi, keadaan ini sangat menggangu kondisi kesehatan demokrasi Indonesia yang
dibangun selama ini. Untuk itu, upaya yang harus dilakukan agar setiap kita
mencoba saling menahan diri serta merenung sesaat apa arti pentingnya sebuah
persatuan dan kesatuan dalam kebangsaan. Jika penyakit ini terus menerus
menghinggapi, tentu dampaknya dapat menyebabkan semakin merenggangnya
persahabatan, pertikaian, tidak saling tegur sapa dan tidak saling percaya
bahkan dapat menimbulkan peperangan. Untuk itu, kita semua bertanggungjawab
untuk memastikan aneka kekejian itu tidak mengakar dalam masyarakat. Atau kita
harus menghabisi berbagai kekejian itu.
Hidup dalam keanekaragaman tentu
sudah takdir, dan bukan menjadi alasan bahwa ketidaksamaan itu memicu
perselisihan. Tetapi, menjadi pondasi untuk membangun persatuan dan kesatuan.
Sebab, esensinya adalah persatuan itu merupakan upaya untuk menghentikan
kerusakan yang di timbulkan manusia yang tidak memiliki moral dan iman.
Sehingga, yang di bangun itu adalah manusia-manusia yang berkualitas dan
berintegritas untuk membangun peradaban manusia.
Penutup
Dalam Alquran Allah berfirman “Sesungguhnya
orang mukmin itu bersaudara. Maka, damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. [QS. al-Hujurat
(49):10].
Tujuan utama Alquran adalah
menciptakan tertib sosial yang adil dan merata, kita hanya bisa mewujudkan
potensi kita untuk menjadi manusia yang baik secara individu jika kita semua
bekerjasama menciptakan kondisi yang mendukung, mendorong dan memotivasi
kesejahteraan serta perbaikan semua manusia. Prinsip mengajak kedamaian,
kebaikan dan mencegah kemungkaran mengandung arti bahwa individu dan masyarakat
bekerja berdampingan untuk mendorong kebaikan menuju rahmatnya Tuhan. Alquran
juga menekankan rasa saling percaya, kehidupan keluarga, tanggungjawab
individual, takwa dan pembangunan umat untuk menghindari fitnah dan kekacauan
serta agar sesama kaum mukmin saling mendukung.
Komentar
Posting Komentar