Meraih Kesuksesan
(Alumni Fak. Syariah dan Hukum UIN SU Medan & Dewan Pakar DPW PPP
Sumatera Utara)
Kata kata sukses selalu diucapkan untuk seseorang, dengan kata kata
semoga kamu sukses, atau kamu sudah sukses. Yang jelas sukses selalu didambakan
oleh orang banyak, kaitannya dengan gelar jabatan, prestasi, finansial,
peluang, dll. Memang penilaian sukses masing masing orang berbeda pandangan itu
dapat di maklumi, dimana orang memandang dan kaitannya dengan apa dia memandang
juga latar belakang dia memandang. Contoh: memandang di atas bukit berbeda
dengan memandang dipinggir pantai, memandang dijalan raya yang penuh keramayan
berbeda memandang di jalan perdesaan yang lenggang dan sunyi. Justru karena itu
mengartikan sukses selalu berbeda pandangan seseorang dengan seseorang
(relatif).
Lalu, apa sebenarnya indikator seseorang bisa disebut sebagai orang sukses?
Bukalah ensiklopedia, bukalah buku buku tebal yang membahas definisi
kesuksesan, definisi sukses dari para pakar, jelas memiliki perbedaan walaupun
banyak persamaannya. Sebagai pijakan sukses dalam hidup tak lain adalah
“Capaian capaian pada suatu waktu, di
mana ia mengarah pada suatau tujuan puncak. Jika capaian pada suatu waktu itu
adalah sarana, tujuan puncak itulah sukses sesungguhnya (good of the best).”
Kesuksesan
Sukses telah menjadi impian setiap manusia. Berbagai jenis pendidikan
diambil, beragam usaha dikerjakan, beragam jenis pekerjaan ditekuni, semua
dilakukan demi mencapai kesuksesan. Sayangnya, meski semua orang ingin sukses,
tidak semua memahami apa itu makna kesuksesan. Tidak sedikit yang masih
menganggap kesuksesan indentik dengan punya harta banyak, popularitas melangit,
duduk di kursi empuk kekuasaan, dan lain lain.
Padahal begitu banyak orang kaya (secara materi), populer, maupun
pangkatnya tinggi, tapi dalam kehidupan selalu stres, depresi, bahkan meninggal
cara bunuh diri, dalam keluarga penuh konflik yang tak terselesaikan,
ketenangan dan kebahagian tidak kelihatan padahal semua fasilitas ada, rumah
yang mewah kendaraan yang baik, jabatan yang tinggi, perestise yang luar biasa,
aneh bukan? Jadi, tidak usah bingung memaknai sukses, kita punya rujukan,
teladan yang dahsyat, yaitu Muhammad Rasulullah saw. Lihatlah, beliau
kekayaannya melimpah, dapat membangun jahiliyah menjadi berperadaban (Islam), Rohmatallilalamin,
uswatun hasanah bahagia dalam kehidupan , Rasullah masuk surga di jamin
Allah swt (holidinafiha abada).
Dari sanalah kita menyusun tangga kesuksesan yang telah diajarkan syariat
secara tauqifi.Tangga pertama dunia ia berisi harta, takhata, popularitasi,
intelektualitas, kreativitas, dan sejenisnya. Intinya ia lebih bersifat
egosentris. Tangga ini bisa mengangkat manusia pada sebuah kelas yang “Elit”.
Di komunitasnya dihormati di hargai disanjung oleh banyak orang. Juga dapat
memudahkan tingkat yang lebih tinggi lagi, tapi ingat kalau tidak bisa
mensuykurinya, azab Allah sangat pedih (Al-qur'an) juga di dunia sudah
kelihatan hidupnya stres, tinggal di rumah sakit jiwa mengakhiri hidupnya
dengan teragis.
Oleh karena itu, syariat Qur'an dan Hadist juga tuntunan agama menjadi
rujukan untuk meraih kesuksesan yang penuh dengan kebahagiaan diridhoi oleh
Allah SWT. Memang, takaran kebahagiaan tidak selamanya diukur oleh uang yang
berlimpah, popularitas, jabatan yang tinggi. Kebahagiaan adalah suasana damai
di dalam jiwa (Qolbu). Kebahagiaan itu tak bisa dibeli dengan uang atau jabatan,
walaupun uang dan jabatan indikator untuk mencapai suatu kebahagiaan, maka ada
istilah "Pembangun manusia seutuhnya." Wassalam...
Sebuah tulisan yang sangat inspiratif.. sukses selalu bang
BalasHapus