Meraih Kesuksesan

 

Oleh: Drs. Mhd Ilyas AR.

(Alumni Fak. Syariah dan Hukum UIN SU Medan & Dewan Pakar DPW PPP Sumatera Utara)

Kata kata sukses selalu diucapkan untuk seseorang, dengan kata kata semoga kamu sukses, atau kamu sudah sukses. Yang jelas sukses selalu didambakan oleh orang banyak, kaitannya dengan gelar jabatan, prestasi, finansial, peluang, dll. Memang penilaian sukses masing masing orang berbeda pandangan itu dapat di maklumi, dimana orang memandang dan kaitannya dengan apa dia memandang juga latar belakang dia memandang. Contoh: memandang di atas bukit berbeda dengan memandang dipinggir pantai, memandang dijalan raya yang penuh keramayan berbeda memandang di jalan perdesaan yang lenggang dan sunyi. Justru karena itu mengartikan sukses selalu berbeda pandangan seseorang dengan seseorang (relatif).

Lalu, apa sebenarnya indikator seseorang bisa disebut sebagai orang sukses? Bukalah ensiklopedia, bukalah buku buku tebal yang membahas definisi kesuksesan, definisi sukses dari para pakar, jelas memiliki perbedaan walaupun banyak persamaannya. Sebagai pijakan sukses dalam hidup tak lain adalah “Capaian capaian pada suatu waktu,  di mana ia mengarah pada suatau tujuan puncak. Jika capaian pada suatu waktu itu adalah sarana, tujuan puncak itulah sukses sesungguhnya (good of the best).”

Kesuksesan

Sukses telah menjadi impian setiap manusia. Berbagai jenis pendidikan diambil, beragam usaha dikerjakan, beragam jenis pekerjaan ditekuni, semua dilakukan demi mencapai kesuksesan. Sayangnya, meski semua orang ingin sukses, tidak semua memahami apa itu makna kesuksesan. Tidak sedikit yang masih menganggap kesuksesan indentik dengan punya harta banyak, popularitas melangit, duduk di kursi empuk kekuasaan, dan lain lain.

Padahal begitu banyak orang kaya (secara materi), populer, maupun pangkatnya tinggi, tapi dalam kehidupan selalu stres, depresi, bahkan meninggal cara bunuh diri, dalam keluarga penuh konflik yang tak terselesaikan, ketenangan dan kebahagian tidak kelihatan padahal semua fasilitas ada, rumah yang mewah kendaraan yang baik, jabatan yang tinggi, perestise yang luar biasa, aneh bukan? Jadi, tidak usah bingung memaknai sukses, kita punya rujukan, teladan yang dahsyat, yaitu Muhammad Rasulullah saw. Lihatlah, beliau kekayaannya melimpah, dapat membangun jahiliyah menjadi berperadaban (Islam), Rohmatallilalamin, uswatun hasanah bahagia dalam kehidupan , Rasullah masuk surga di jamin Allah swt (holidinafiha abada).

Dari sanalah kita menyusun tangga kesuksesan yang telah diajarkan syariat secara tauqifi.Tangga pertama dunia ia berisi harta, takhata, popularitasi, intelektualitas, kreativitas, dan sejenisnya. Intinya ia lebih bersifat egosentris. Tangga ini bisa mengangkat manusia pada sebuah kelas yang “Elit”. Di komunitasnya dihormati di hargai disanjung oleh banyak orang. Juga dapat memudahkan tingkat yang lebih tinggi lagi, tapi ingat kalau tidak bisa mensuykurinya, azab Allah sangat pedih (Al-qur'an) juga di dunia sudah kelihatan hidupnya stres, tinggal di rumah sakit jiwa mengakhiri hidupnya dengan teragis.

Oleh karena itu, syariat Qur'an dan Hadist juga tuntunan agama menjadi rujukan untuk meraih kesuksesan yang penuh dengan kebahagiaan diridhoi oleh Allah SWT. Memang, takaran kebahagiaan tidak selamanya diukur oleh uang yang berlimpah, popularitas, jabatan yang tinggi. Kebahagiaan adalah suasana damai di dalam jiwa (Qolbu). Kebahagiaan itu tak bisa dibeli dengan uang atau jabatan, walaupun uang dan jabatan indikator untuk mencapai suatu kebahagiaan, maka ada istilah "Pembangun manusia seutuhnya." Wassalam...




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer