Kebenaran, Keadilan versus Kebathilan


Oleh: Drs. Mhd. Ilyas AR

(Alumni Fak. Syariah dan Hukum (IAIN) UIN-SU Medan & Dewan Pakar DPW PPP Sumatera Utara)

Di era globalisasi sekarang ini, pengaruh media sosial yang cukup canggih dan maju dalam waktu sekejap, kita telah dapat mengakses apa yang terjadi dibelahan dunia. Dengan beragam pola dan tingkah manusia baik yang negatif maupun positif membawa pembaharuan dan kemajuan yang bermanfaat untuk kehidupan.

Tetapi tidak jarang pula, kita melihat bagaimana manusia yang tertindas, terzhalimi, hidup sengsara senantiasa dalam kesusahan yang menjadi santapan dari orang yang kuat mempunyai otoritas kekuasaan dan mempunyai kelebihan materi dapat memonopoli ekonomi yang dapat menghancurkan sendi-sendi rakyat ekonomi kecil yang sedang mengap dalam menghadapi kehidupana. Kita tidak heran ada sekolompok manusia yang serakah, terbangun dengan rapi dan sistematis, rasanya sulit untuk digoyahkan oleh orang-orang yang tertindas. Segala wujud kapitalisme (fasisme, imprialisme, neo-past liberalisme) suatu kejahatan terang-terangan, muncul berbuat dan bertindak sewenang-wenang, disebabkan manusia itu meninggalkan fitrahnya, hati nuraninya, hanya mengikuti syahwatnya yang membawa kepada keserakahan.

Kebathilan bergerak dan berkembang, tumbuh subur ketika manusia mengabaikan kesucian diri (hanif) meninggalkan tuntutan yang telah digariskan agama (Alquran dan Sunnah). Naluri atau fitrah manusia itu sendiri yang diamanahkan Allah adalah hati yang muthamainnah (hati yang suci yang diridhai Allah Swt).

Keburukan dan kebathilan akan muncul ketika manusia absen dari kebaikan, kemungkaran eksis ketika manusia meninggalkan Tuhan, mengedepankan hawa nafsu syetan yang menjadi acuan hidupnya. Hatinya menjadi gelap, pikirannya menjadi kotor, tindak tanduknya arogan, centang perenang tanpa memikirkan nasib orang lain. Maka, jadilah dia pengikut thagut yaitu iblis berbadan manusia. Tanpa memikirkan penderitaan sesama makhluk Allah dan orang disekitarnya.

Kebathilan itu seperti “bui” yang menutupi air kebenaran atau seperti benalu yang melilit pohon kebajikan seperti mereka itu ada disekeliling kita, wujudnya seperti parasid, eksistensinya tidak mandiri melainkan menempel atau menumpang hidup dompleng pada kenaran dan kebajikan. Diakibatkan lihainya memanfaatkan momentun yang ada dan selalu bermuka dua (munafik). Pandai bersandiwara, berbahasa manis dan indah walhasil walaupun kebathilan itu walaupun semu, namun karena terorganisir punya planning, modal untuk menyuap para penjilat sehingga kelihatannya kebathilan itu kuat dan berjasa.

Sedangkan kebenaran dan keadilan sering tidak terkelola, termanajemen sehingga dipersepsikan lemah. Sementara, ada orang-orang cerdas tahu tentang kebenaran dan keadilan itu baik tetapi mereka diam saja. Tidak mau berbuat, bergerak, berjihad dalam arti luas tapi masa bodoh. Yang pada akhirnya, orang-orang jahil (bodoh) mengambil peran penting dalam tatanan kemasyarakatan berbangsa maupun berbangsa.

Keadilan dan kebenaran adalah salah satu nilai universal yang menjadi penentu kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Semua itu, implementasi atau persepektif  ethics yang bersumber dari Ilahi dan tuntunan Rasulullah Saw.

Refleksi dari ucapan basmalah dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Sebuah ekspresi, idiologis yang jadi satu ajuan, sandaran, untuk menegakkan satu kebenaran dan keadilan. Walaupun rintangan pasti selalu didepan kita, tetapi maksimalisasi diri setiap manusia, harus berbuat dan dipraktekkan membangun satu barisan, kekuatan, kebersamaan, untuk menentang satu kebathilan dan kemungkaran yang telah merajalela itu. Kalau begitu, dengan sendirinya kebathilan akan lemah paling tidak sifat arogansi akan sirna, memang orang rakus dan tamak pada awalnya pandai mengambil hati masyarakat.

Membuat satu pekerjaan, membuka lapangan sosial, mengentaskan kemiskinan, berwajah baik dan penyantun. Padahal, itu sifatnya temporer untuk mencari perhatian dan dukungan bak seorang pahlawan kesiangan. Dari itu, kita harus jeli dan hati-hati dalam memilih apa saja atau mendukungnya supaya tidak tertipu dikemudian hari.

Perjuangan apa saja untuk membangun kebenaran dan kebaikan, keadilan sekarang juga harus menabur sosial kemasyarakatan gemar menolong dan membantu orang lemah. Sehingga, orang yang berbuat semena-mena akan tergusur dengan sendirinya.

Berjuanglah dan sadarlah kita semua teman, suadara, kerabat, tetangga dan siapapun kita sehingga, kebenaran dan keadilan tidak tersandera dari orang-orang yang menafikan kebenaran.

Komentar

Postingan Populer