Energy Of Bersama

 

Oleh: Hikmatiar Harahap

Energy sesuatu yang melekat pada diri seorang baik sebagai daya atau kekuatan (fisik dan mental). Sedangkan bersama lebih mudah dipahami suatu keberadaan (kelas verb). Jadi, suatu daya atau kekuatan yang keberadaannya harus disalurkan pada tempat-tempat yang membutuhkan, serius serta terarah. Penting untuk mengarahkan selama tidak memiliki sifat memaksakan kehendak, terpenjara. Bahkan agama pun, sangat tidak memberikan ruang untuk memaksakan kehendak. Mengarahkan roda utamanya menuju kebebasan agar tepat sasaran dan hasil yang diperoleh lebih memuaskan dan tersenyum. Dasarnya tentu memahami segala kekuatan, sehingga tersalurkan untuk hal-hal yang positif, keren dan dahsyat. Mengapa penting, harus dimulai dengan energy bersama ? karena segala sesuatu memberikan makna dan nilai bagi siapapun. Tanpa bersama (kebersamaan) tentu akan terasa hampa, aneh dan tidak sempurna. Untuk itu, penting menjaga, memahami dan memulai serta dimulai dengan bersama-sama. Kekuatan bersama adalah kebersamaan untuk menghasilkan capaian-capaian yang lebih sempurna karena didalamnya diwarnai berbagai pemikiran-pemikiran, konsep-konsep, ide yang saling membangun untuk kemenangan bersama.

Dalam segala hal apapun, bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta dunia dan isinya segala kepentingannya harus diurus secara bersama. Untuk itu, perlu saling mengingatkan agar dapat saling menjaga, merawat dengan penuh ikhlas dan bersyukur atas energy yang melekat dalam diri. Coba bayangkan, kalau sewaktu-waktu energy itu dicabut atau hilang pastinya dunia akan terasa pahit, tapi kalau pahitnya untuk obat tak masalah, yang dikwatirkan pahit seumpama makan mentimun pastinya dimuntahkan. Untuk itu, penting dalam mengkonsep energy bersama ini, antara lain;

Pertama, Energy bersama untuk saling menjaga. Konsep ini penting agar bangunan kehidupan dapat saling memahami. Arah kehidupan saat ini, lebih banyak diwarnai pada hal-hal mudah tersinggung, sensitif, mudah terpengaruh atau terpancing pada isu-isu yang belum jelas. Sehingga, energy kita lebih banyak digunakan untuk berdebat, pada hal-hal yang bukan subtansi. Energy kita habis terkuras bahkan terkesan ngos-ngosan, sehingga tidak menimbulkan efek apapun untuk kebersamaan, malah menimbulkan semakin rumitnya situasi dan keadaan. Penting untuk memulai agar energy yang disalurkan dapat menjaga bangunan kehidupan. Jangan buat dan buang energy apalagi sifatnya yang sia-sia. Isu-isu terkait penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden merupakan sebuah energy yang tak mesti harus disalurkan. Malah hal ini lebih mengotak-atik sehingga memunculkan ragam dan kekuatan yang saling berhadapan, tentu sangat tidak baik.   

Kedua, Energy bersama untuk menghidupkan perjuangan. Dalam catatan sejarah kehidupan umat manusia bahwa segala sesuatu harus diperjuangkan. Butuh proses, langkah-langkah serta taktik dan strategi yang memukau. Tidak ada yang bersifat instan, bahkan mie instan pun butuh proses dalam mengolahnya. Untuk itu, perjuangan-perjuangan para pendahulu harus menjadi icon, teuladan dalam menyikapi kehidupan. Amat terasa penting, agar semangat perjuangan tidak dilupakan oleh generasi selanjutnya. Untuk itulah, konsekuensi pergantian generasi sesungguhnya adalah untuk menghidupkan perjuangan agar selaras dengan keadaan dan alam, sehingga memberikan mata air kehidupan sebagai referensi, dalil untuk masa kini. Untuk itulah generasi terkini, harus betul-betul memahami dan mengaplikasikan semangat perjuangan Rasulullah Saw., dalam mengembangkan ajaran tauhid, perjuangan dakwah di Mekkah dan Madinah yang dilanjutkan oleh para khalifaur rasyidin dan sebagainya. Begitu juga, dalam konteks negara kita, semangat para pahlawan dalam mengusir para penjajah dalam meraih kemerdekaan dan kita hanya menikmati buah dari perjuangan. Semangat ini harus menghiasi hari-hari, dalam menuju kemenangan bersama.

Dalam Islam Transitif dikenal dengan gerakan total produksi. Suatu upaya agar energy tersebut memberikan nilai, dampak bagi kehidupan, baik sosial, budaya, ekonomi, hukum, politik dan sebagainya. Kekuatan umat ini, belum sepenuhnya dapat dimaksimal dengan baik. Sehingga, cita-cita untuk mewujudkan sila ke-lima Pancasila masih belum terwujud dengan sempurna. Energy bersama harus ditumpahkan pada hal-hal yang bermanfaat, berfaedah, untuk kepentingan bersama. Dalam hal ini perlu kita melihat sejarah dari dipersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi perkembangan dan kekuatan Islam. Begitu juga, saat para pemuda mencetuskan Sumpah Pemuda yang memberikan makna agar kekuatan-kekuatan pemuda ini dapat disatukan dalam satu wadah secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.

Intinya adalah bagaimana agar muncul kesadaran kolektif bahwa penting untuk memadukan dan mengkonsep energy-energy anak-anak bangsa dalam mencapai tujuan dari kemerdekaan. Tanpa, kesadaran maka energy tersebut akan tersalurkan pada hal-hal dan kurang optimal. Sesuatu itu tidak akan memberikan efek yang lebih baik dan sempurna tanpa dilakukan dengan kekuatan bersama. Bersama itu adalah sebuah kekuatan, nilai serta kebutuhan.

Wallahu A’lam bisshawab…

[Sekretaris Eksekutif Transitif Learning Society - Mahs. UIN SU Medan - PB PPM Paluta]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

UPAYA KADER HMI TERHADAP TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN SOLUSI

MILAD PPM-PALUTA KE-4 CITA-CITA DAN MANUSIA UNGGUL