KARAKTER KELUARGA ISLAMI

Oleh: Hikmatiar Harahap
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. at-Tahrim [66] ayat :6).
Keuniversalan ajaran Islam dapat dilihat dan dikemukakan kembali melalui pendekatan dan kajian yang membahas masalah pembentukan keluarga. Sebuah proses pembentukan dan pembangunan karakter kehidupan keluarga yang Islami yang mengarah pada sasaran obyek, untuk terwujudnya kehidupan yang berlandaskan budi pekerti, berakhlak mulia dan keimanan. Hal ini sangat penting, baik dalam konteks kehidupan masyarakat bangsa bahwa kehidupan berawal dari unit keluarga. Proses pembentukan keluarga harus diasah, dibina serta disiapkan sejak awal dari dalam rumah tangga. Bahwa sosok yang memiliki peran serta tanggung jawab adalah orang tua, bahkan dijelaskan dalam Islam sesungguhnya keturunan (anak-anak) adalah amanah yang Allah Swt., titipkan kepada manusia agar dapat dijaga, dibina serta dijauhkan dari hal-hal yang buruk (maksiat).
Keturunan (anak-anak) adalah hiasan rumah tangga dan puncak dari perkawinan itu, yang tujuannya agar dapat melanjutkan kehidupan dan peradaban umat manusia serta untuk menjaga keimanan dan pelestarian alam semesta. Untuk menggapai ini, sosok orang tua dituntut harus memiliki kreativitas, inovatif, kapabilitas serta nilai-nilai budaya untuk dikolaborasikan agar keluarga dan anak-anak dapat di didik, di arahkan menuju kehidupan yang Islami dan berbudaya sehingga akan tercipta kehidupan masyarakat bangsa yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia. Bahwa keadaan terkini, sedang terjadi degradasi moral yang melanda kehidupan diantaranya munculnya pembegalan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, hamil diluar nikah, tawuran, kenakalan remaja dan sebagainya.
Hal ini terjadi disebabkan kurangnya pendidikan, pengarahan, nasehat dari keluarga, sehingga generasi terkini terpapar dan jatuh pada kehidupan dunia hitam yang jauh dari cerminan kehidupan budaya masyarakat bangsa bahkan ajaran agama. Hal ini terjadi berawal dari ketidaktahuan, ketidaksadaran atau ketidakpedulian keluarga pada sang anak, baik dalam urusan pendidikan, pergaulan dan dengan siapa menjalin kehidupan diluar rumah. Karena merasa tidak diperhatikan atau tidak dipedulikan, sehingga dia merasa bahwa kehidupan masa depannya dia yang akan menentukannya. Sehingga dengan ajakan dan lingkungannya akhirnya terjerumus pada kehidupan dunia hitam, jadilah dia sosok manusia yang jauh dari nilai-nilai kebaikan dan kebajikan. Satu sisi pengawasan secara terus-menerus merupakan jalan alternatif untuk menghindarkan generasi-generasi jauh dari hal-hal yang buruk. Namun, harus kembali pada komitmen dan kemauan keluarga tersebut, untuk membina, mencetak anggota keluarganya jauh dari perbuatan yang mungkar dan hina.
Keluarga yang beragama
Jelas perintah Allah Swt., yang termuat dalam Alquran Surah at-Tahrim ayat 6, memberikan penjelasan dan pemahaman kepada para keluarga yang beriman agar berupaya mendidik, memberikan pengajaran dan pemahaman kepada orang-orang yang mejadi tanggung jawabnya antara lain, isteri, anak-anak, saudara-saudaranya terhindari dari siksa neraka. Kerapkali sebagian keluarga terlena terhadap pembahasan keduniawian sehingga memudahkan jalannya menuju kehidupan yang jauh dari nilai agama.
Beragama adalah elemen yang harus menyatu dalam waktu bersamaan dalam bingkai kehidupan, sebab agama merupakan pengalaman individual seorang hamba dengan Tuhan-Nya, maka dalam konsep membangun keluarga, maka nilai-nilai ajaran agama seperti kejujuran, saling menghargai, integritas, penghargaan tinggi dan sifat-sifat ketuhanan seperti kasih sayang, saling mengasihi, saling menyelamatkan harus tersalurkan dalam kehidupan nyata. Yang pada akhirnya bahwa inti dari ajaran agama adalah menjadikan manusia taat secara pribadi serta taat secara sosial. Ketaatan secara pribadi maupun sosial akan memberikan dampak dan warna perjalanan kehidupan manusia baik dalam konteks masyarakat bangsa. Sehingga ketaatan itu berdampak terhadap perbaikan kehidupan politik, hukum, ekonomi, budaya, sosial.
Budaya keagamaan mempunyai dampak yang kuat pada aspek keluarga, sehingga keagamaan ini merupakan elemen yang paling kuat dan terus bertahan selama kehidupan manusia tidak punah. Sebab beragama menyatukan dalam kebenaran, agama melahirkan dan menjamin moralitas, kebajikan, dan ketaatan, sambil menjauhkan mereka dari keganasan, ambisius individual dan konflik sosial. Sehingga, hubungan kekeluargaan akan semakin erat sehingga memudahkan terciptanya saling membantu, mengasihi dan persaudaraan semakin erat.
Dalam konteks kebangsaan proses dari hasil ketaatan terhadap ajaran agama akan menghasilkan dan memelihara kesadaran bersama. Pengalaman religius akan memberikan kekuatan serta semangat untuk membangun dan mengembangkan potensi keluarga sebagai bentuk kontribusi terhadap masyarakat dan kebangsaan di masa depan. Agama dengan semangat yang dikandungnya bisa menjadi faktor yang berperan untuk mengangkat keluarga dari perjalanan yang semrawut menuju perubahan hidup yang lebih serta penuh kasih sayang, mencintai, damai dan harmonis. Dengan adanya kebangkitan kesadaran beragama dalam kehidupan keluarga, akan menjadi daya pendorong menuju keluarga yang Islami, keluarga yang semangat kehidupannya menuju ketaatan terhadap agama, sehingga menjadi keluarga yang taat terhadap ajaran agama.
Keluarga yang berakhlak
Pembangunan keluarga yang berakhlak merupakan cikal bakal pembangunan masyarakat bangsa menuju kebaikan dan kemajuan dalam semua aspek. Mengingat bahwa masyarakat bangsa terwujud karena adanya unit keluarga itu sendiri. Dalam kaitannya bahwa keluarga dan akhlak harus selalu beriringan agar tercipta keluarga yang memiliki akhlak baik. Akhlak merupakan kebiasaan yang merupakan pilihan sendiri atau muncul dalam diri manusia. Dan sesungguhnya juga, bahwa dalam diri manusia memiliki dua potensi, yakni kebaikan dan keburukan. Sehingga, kesadaran akhlak akan membawa pengaruh pribadi dalam kebaikan.
Alhasil, sosok keluarga yang mengedepankan kebaikan adalah cerminan keluarga yang Islami, yang menghiasi kehidupan keluarganya pada pembangunan diri, serta menjaga potensi dan kreativitas sehingga terciptanya kesadaran jiwa dan pikiran yang pada dasarnya kehidupan cenderung pada kebajikan. Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman. Kecenderungan manusia pada kebaikan membicarakan pada konsep akhlak itu sendiri.
Dari awal kehidupan bahwa korupsi, penipuan, pembohongan selalu bertentangan dengan akhlak. Demikian jugalah sosok kehidupan keluarga yang ingin dihadirkan ditengah-tengah kehidupan masyarakat bangsa. Bahwa kehidupan keluarga yang menghadirkan sekumpulan umat manusia yang selalu cenderung pada kebaikan dan kebajikan yang mengantarkan pada memperkenankan membangun kemajuan, kesejahteran dan peradaban masa depan. Keluarga yang berahklak akan menemukan jalan hidup dan perjuangan menuju cita-cita kehidupan, sehingga tercipta keberkahan hidup dalam keluarga. Wallahu a’lam bis shawab
Penulis adalah Mahasiswa Hukum Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sum. Utara Medan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UPAYA KADER HMI TERHADAP TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN SOLUSI

Energy Of Bersama

MILAD PPM-PALUTA KE-4 CITA-CITA DAN MANUSIA UNGGUL