RAMADHAN; MEMBANGUN KUALITAS MANUSIA INDONESIA

Hasil gambar untuk ramadan kareem

Oleh: Hikmatiar Harahap
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Islam Negeri [UIN] Sum. Utara Medan

Dalam moment puasa ramadhan 1440 H, menginginkan agar terwujudnya kualitas manusia bukan mewujudkan manusia yang berkualitas, sebab kedua hal itu memiliki perbedaan yang mendasar. Kualitas manusia itu dapat dilihat atau dirasakan berdasarkan akal yang di fungsikan sesuai fungsinya sejak awal di ciptakan.  Diskusi antara akal dengan manusia akan memberikan kontribusi positif untuk pembangunan manusia, bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dimanakah kualitas manusia bersemayam? bagaimana cara yang harus di tempuh bahkan yang harus di perjuangkan untuk membuktikan bahwa kita termasuk kelompok yang berberkualitas.
Manusia Indonesia secara kuantitas (jumlah) merupakan pendudukan ke-empat terbanyak di belahan bumi saat ini. Langkah-langkah untuk mewujudkan kualitas manusia Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan dominasi secara kuantitas (jumlah) saja. Untuk itu, melalui puasa ramadhan 1440 H, dalam konteks kekinian, secara sederhana kita menginginkan agar terwujud atau terbangunnya kualitas manusia Indonesia. Adapun kualitas manusia yang ingin di wujudkan adalah kualitas pribadi (iman), kualitas  intelektual, kualitas memanusiakan manusia, dan kualitas membangun tanah air. Namun, dalam kesempatan ini, penulis hanya menguraikan kualitas pribadi (iman) dan kualitas intelektual secara sederhana.
Sejak awal telah difirmankan dalam Alquran bahwa bentuk ciptaan Tuhan yang terdapat di muka bumi ini tidak ada yang sia-sia. Penciptaan manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya memiliki unsur saling keterkaitan satu sama lain, secara sederhana hal ini menandakan bahwa sekecil apapun kontribusi yang memberikan manfaat terhadap keberlangsungan kehidupan akan di hargai dan sangat berharga bagi makhluk lain. Dengan adanya unsur penghargaan ini, menjadi sebuah pembuktian tentang adanya kualitas dan kualitas itu sangat menentukan.
Manusia merupakan sebuah nilai yang ditetapkan dengan teks Alquran, bahwa manusia diciptakan sebagai wakil (khalifah) di muka bumi, mulia di darat dan laut, di beri ilmu pengetahuan melalui wahyu agar manusia dapat berdialog, berdiskusi, berfikir, bebas bertanggung jawab dalam beraktifitas, berjalan di dunia, bekerja keras di dalamnya, melihat pada dirinya sendiri. Tugas pokok ini akan dirangkai dalam bentuk pengabdian diri kepada Allah, melalui pembuktian kualitas pribadi (keimanan) dan kualitas intelektual (ilmu pengetahuan).
Kualitas Pribadi (Iman)
Ciri kualitas manusia Indonesia adalah menumbuhkembangkan kualitas keimanan sebagai sebuah penguatan akhlak dan karakter sebagai sendi untuk membangun bangsa Indonesia. Keberadaan iman sangat menentukan untuk mencapai kualitas seseorang, sebab iman merupakan cerminan dari pada akhlak dan karakter untuk membangun bangsa yang bermoral dan berperadaban. Dalam Hadist Nabi saw., disebutkan ciri utama dari iman itu bersifat statis ada kalanya bertambah namun, ada saatnya berkurang. Kepribadian yang berakhlak akan menciptakan pribadi yang kuat dan bertanggung jawab. Hal senada juga dalam pandangan Ibn Maskawaih, seseorang yang ber-akhlak akan memiliki sikap mental atau jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan tanpa pemikiran.
Kaitannya dalam konteks membangun bangsa, maka pribadi (iman) yang telah terangkum di dalamnya ahklak dan karakter, akan mempraktekkan nilai dan perilaku yang jujur, bertanggung jawab, tangguh dan kuat. Perilaku ahklak mulia juga akan menumpas bentuk-bentuk kejahatan seperti korupsi kolusi dan nepotisme, keserakahan, penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan, ketidakjujuran, penipuan, konflik, kekerasan dan sebagainya. Sedangkan Pribadi yang berkarakter akan berbicara dan fokus tentang membangun hubungan manusia dan kemajuan peradaban. Kalau akhlak muatannya fokus pada pembinaan internal pribadi, sedangkan karakter lebih bersifat eksternal. Konsep  akhlak dan karakter yang termuat dalam pribadi seseorang menjadi bukti kualitas keimanannya kepada Tuhan dan bertanggung jawab membangun bangsa dan kemajuan peradaban manusia.
Kualitas keimanan akan menciptakan pribadi dan masyarakat Indonesia pada nilai-nilai luhur kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, yakni; kejujuran dan tanggung jawab (amanah), keadilan, persaudaraan, kecerdasan dalam menyelesaikan masalah, menghargai kemajemukan, persamaan, musyawarah, harmoni/perdamaian, menyeruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan sebagainya.
Bahkan dalam sebuah hadist Nabi Saw., disebutkan salah satu ciri kualitas manusia adalah yang selalu menyuruh yang baik (ma’ruf) dan mencegah keburukan (mungkar). Keimanan seseorang akan memancarkan sifat yang cenderung kepada kebaikan (ma’ruf) dan selalu mencegah kemungkaran. Menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran inilah salah satu ciri kualitas manusia, sehingga disebut sebagai khair ummah (sebaik-baik generasi). Ada pun yang terpenting, dalam menyuruh kebaikan harus melalui kebaikan, begitu juga dalam mencegah kemungkaran dengan cara yang baik, bukan dengan kemungkaran, karena justru akan menghadirkan kemungkaran baru.
Upaya ini akan menjadikan masyarakat Indonesia sebagai diri “penyulut obor” bagi kehidupan bangsanya sebagai upaya memberi pencerahan, penyadaran dan sebagainya. Sehingga, memberikan kemanfaatan dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia maupun dunia. Sehingga point ini harus menjadi starting point bagi sebuah perjalanan bangsa yang di kawal oleh kualitas keimanan manusia.
Kualitas Intelektual
Dalam Alquran di firmankan sebagai berikut : “ Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semua (ke medan perang). Maka mengapa tidak pergi dari setiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaum mereka apabila mereka telah kembali kepada mereka supaya mereka berhati-hati”. (QS. at-Taubah [09], 122).
Bahwa kenyataannya kemajuan, kejayaan bangsa Eropa tidak di dapati melalui khayalan semata. Melalui kerja keras dalam menerjemahkan berbagai ilmu pengetahuan khususnya yang dapat dalam bahasa Arab  dan Yunani, menjadikan mereka bangsa yang unggul sesuai yang terkandung dalam Alquran. Ciri kedua kualitas manusia dapat di ukur melalui kualitas intelektual dalam berbagai bidang yang di gelutinya secara profesional dan berkelanjutan. Kata intelektual dalam karya M. Dawan Raharjdo di kemukakan kata intellect, dalam Alquran di sebut al-‘aql, dalam penggunaannya  al-‘aql berarti kemampuan berfikir atau menggunakan nalar. Dalam perkembangannya, orang yang memiliki kemampuan berfikir dan nalar sangat tinggi, serta menguasai suatu pengetahuan secara sistematis lazimnya disebut seorang pakar. Kata intelektual sebanding dengan kata ulu al-bab, orang yang memiliki dan menggunakan daya intelek (pikir)nya, untuk bekerja atau melakukan kegiatannya.
Sedangkan pendapat lain terjemahan Arab dari kata intelektual berasal dari kata mutsaqqaf, yakni orang-orang yang diluruskan, yang didik, bukan lagi bakal atau bahan yang belum diolah. Dapat dipahami maknanya bahwa Alquran mengiginkan komunitas Muslim agar memiliki wawasan yang luas dan mendalam, memiliki kemampuan untuk menangkap semua pesan sehingga dapat mengoptimalkan potensi personalnya untuk mencapai tujuan akhir. Ciri utama pribadi mutsaqqaf adalah pribadi yang mengoptimalkan jatah hidupnya untuk melakukan kewajiban serta haknya, baik dalam aspek agama, sosial dan berbangsa-bernegara.
Alquran kitab suci umat Islam pada dasarnya merupakan sebuah kumpulan yang berisi petunjuk dan pengarahan sekaligus pengangan manusia, namun, di antara isinya mendorong umat Islam supaya banyak berfikir dan memikirkan peradaban masa depan manusia. Memaksimalkan kualitas keintelektual merupakan sebuah proses yang akan menyadarkan dan menghindarkan manusia dari kebodohan, keterbelakangan bahkan dari kepunahan. Membangun kualitas intelektual dapat di usahakan melalui aplikasi pendekatan kolaborasi dalam Islam Transitif karya Ansari Yamamah di sebut dengan personal academic collaboration dan interpersonal academik collaboration. Yaitu upaya yang di lakukan berbagai personal dalam mengatasi satu permasalahan dalam bidang yang di geluti secara profesional dan personal yang memiliki berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang terangkum dalam dirinya sendiri.  Wallahu a’lam bis shawab...

Komentar

Postingan Populer