SOCIAL DISTANCING: MERUMUSKAN RUMAH TANGGA IDEAL
“Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah yang dahulu dan dirikan salat, tunaikan zakat dan taatilah Allah dan rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (QS. al-Ahzab [33]ayat: 33).
Mengawali
tulisan ini, penulis sangat terkesan pada sebuah lirik lagu yang berjudul
Senyum Keluargaku Ciptaan Irvan Limbong “Hari ini aku bahagia, berkumpul
bersama keluargaku, Ayahku mengajariku, Ibuku mendukungku, disaat ku terjatuh,
oh Tuhan terima kasih, Kau kirimkan malaikat tak bersayap kepadaku”.
Social
Distancing sangat berfungsi bukan hanya dalam meredam penyebaran wabah
penyakit, tetapi juga sangat berfungsi untuk keluarga, memiliki waktu leluasa dirumah
untuk memperbaharui ketahanan suatu rumah tangga. Sebab, sebagian keluarga
relatif singkat memiliki waktu luang dan kesempatan untuk menjalin komunikasi, berkumpul
bersama, untuk berbagi cerita, agar tumbuh sikap saling pengertian sehingga
terciptanya perasaan kasih sayang yang menumbuhkan adanya bentuk dukungan,
apresiasi dan penghargaan kepada keluarga, malah terpinggirkan lebih disebabkan
karena tuntutan pekerjaan dan aktivitas yang relatif padat dan mendesak.
Begitu
juga, anak-anak memiliki hak-haknya dalam keluarga diantaranya agar didengar setiap
ceritanya, ini tidak hanya berguna untuk menciptakan kepercayaan diri dan daya kreativitasnya
namun juga untuk mengetahui minat dan bakatnya agar dapat dikembangkan
dikemudian hari, untuk masa depan yang lebih cerah dan maju. Bila kita berkaca
pada sebuah film yang berjudul (tiga) 3 Idiots yang menggambarkan para orang tua yang
selalu memaksakan kehendaknya kepada sang anak tanpa pernah menanyakan apa keinginan
dan kesenangannya terlebih dahulu, bila hal ini terus berlanjut akan berdampak pada
anak, pada akhirnya akan muncul tekanan demi tekanan yang membuat anak akan jenuh
dan bosan serta daya tangkap imajinasi dan kreativitasnya hilang. Begitu juga yang
terjadi saat ini, bahwa dunia anak-anak lebih banyak menyita perhatian dan
waktunya dalam dunia smartphone, android yang selalu memanjakanya dengan dunia
games yang tak berakhir, inilah realitas yang terjadi di sebagian rumah tangga.
Sehingga, hubungan keluarga semakin renggang, rasa sosial dalam bermasyarakat semakin
tipis sehingga pribadinya tumbuh dalam dunia mementingkan dan mencari
kesenangan diri sendiri (hedonisme).
Menyikapi
hal diatas peran keluarga sebagai garda terdepan untuk mewujudkan rumah tangga yang
baik, ideal menuju terciptanya keluarga yang penuh kejujuran, solidaritas, kecerdsan
serta karakter positif lainnya. Kesadaran untuk memperbaharui rumah tangga
harus setiap saat terlaksana, melalui jalan intrekasi dengan saling mencurahkan
isi hati, perasaan dan pikiran, saling tolong menolong agar hak dan tanggung
jawab dapat terpenuhi dari proses itu akan tercipta rumah tangga yang ideal. Keluarga
yang tenang, bahagia dan sejahtera yang merupakan tujuan dari pernikahan dan tentunya
berbagai cara akan ditempuh untuk mengupayakan agar bangunan rumah tangga tetap
utuh, bertahan sampai batas yang lama, hal ini terkadang diungkapkan melalui
perasaan cinta satu sama lain. Rumah tangga yang didalamnya ada seorang Ayah,
ibu dan anak-anak yang merupakan miniatur (bangunan kecil) dalam membangun
peradaban masyarakat dan bangsa. Bangunan kecil yang dimaksud memiliki fungsi
atau peran masing-masing yang dimainkan secara berkolaborasi untuk mencipta
tatanan rumah tanggga.
Tak jarang
kita mendengar bahwa rumah tangga yang baik akan menghasilkan tatanan masyarakat
yang berperadaban tinggi, sebaliknya dari rumah tanggga yang sedang diguncang setumpuk
problematika (brokenhome) maraknya perceraian, KDRT akan menimbulkan berbagai
penyakit dalam masyarakat. Kerusakan rumah tangga akan menimbulkan tindakan kriminalitas
yang tinggi, ini menimpa bisa kepada siapa saja terlebih kepada sang anak, karena
merasa tidak diperhatikan, dia akan mencari dunia sendiri dan tak jarang emosinya
tidak terkontrol, malah akan memudahkan jiwanya terjerumus pada aksi-aksi negatif
seperti, kenakalan remaja, penggunaan obat-obat terlarang, pergaulan dan seks bebas,
pencurian, pemerkosaan, pendidikannya akan berantakan, jika dilakukan secara terus-menerus
akan berdampak pada sikap dan akhlaknya terus merosot dan tak jarang masa depannya
akan terasa gelap, pahit dan curam.
Untuk
itu perlu kita renungkan ayat berikut, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkann”. (QS.
at-Tahrim [66] ayat: 6).
Dari
ayat di atas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa untuk membentuk rumah tangga yang
ideal itu melalui upaya, usaha, keinginan yang sungguh-sungguh agar setiap keluarga
memerintahkan mereka taat kepada Allah Swt., serta menjauhi perbuatan-perbuatan
maksiat. Bentuk kewajiban yang harus diajarkan kepada keluarga adalah mengajarkan
kepada mereka pemahaman agama yang kuat, konsisten serta istikomah, mengarahkan
mereka agar selalu berbuat baik dan kebajikan yang disertai dengan sikap, perangai,
etika, moral dan akhlak yang tinggi kepada siapapun, baik dalam konteks membangun
masyarakat dan bangsa.
Merumuskan
keluarga ideal dalam buku Keluarga Sakinah karya H. Abdul Qadir Djaelani yang terpenting
adalah menanamkan pendidikan keluarga yang Islami. Pendidikan keluarga yang Islami
mempunyai posisi pertama dan utama dalam menentukan setiap keluarga didik untuk
masa depan mereka. Pendidikan keluarga yang Islami proses yang sudah dilakukan semenjak
masa bayi masih dalam kandungan hingga anak itu dewasa atau berkeluarga. Hal ini
sangat logis, sebab sebagian terbesar dari kehidupan seorang anak masih tetap berada
ditengah-tengah keluarga; di sekolah mereka paling banyak menghabiskan waktu antara
empat atau lima jam sehari.
Sedangkan
dalam sisi peraturan perundang-undangan juga terkait regulasi ketahanan keluarga
pada pasal 28 B UUD 1945 ayat (1), “ Setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”. Dan, ayat (2), “Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi”.
Untuk
itu, peran pendidikan yang Islami serta dukungan negara, sangat berdampak signifikan
untuk mewujudkan rumah tangga yang ideal. Sehingga, dikemudian hari muncul generasi-generasi
yang kuat terhadap ajaran agamanya, serta lihai dan sukses dalam merumuskan serta
menggapai urusan dunia dan kemanusiaan. Sehingga, kedua peran itu baik pendidikan
agama dan dukungan negara harus sama-sama bergandengan untuk mencapai kondisi rumah
tangga yang mantap dalam iklim sakinah (tentram), mawaddah (saling mencintai) dan
rahmah (saling menyayangi), untuk menghadirkan agar bangsa ini tampil perkasa yang
didalamnya dipenuhi para keluarga-keluarga produktif yang siap mencetak Indonesia
menjadi bangsa yang maju dan berkualitas. Menjadikan potret rumah tangga masa kini,
rumah tangga yang Islami serta unggul dalam penggunaan alat-alat teknologi. Demikian,
sekilas pandangan tentang rumah tangga yang ideal, tentu saja lembaran kecil ini
tidak menggambarkan secara sempurna. Sekian. Wallahu a’lam
Penulis adalah Alumni Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sum. Utara Medan
Saran, ada kata perkata terlalu jauh jaraknya,penulisan idiots atau idiot mana yang lebih benar! Pragrap terakhir barisan ke 6 ada baca an serta lihai apa maksud kata katanya, demikian masukannya wassalam
BalasHapusTerimakasih atas kunjungan dan sarannya yang membangun. Sukses selalu.
BalasHapusBismillahirrahmanirrahim.
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh sebelumnya pak,. Rahayu sangat setuju Sosial distancing masa kini memang membentuk semua keluraga untuk lebih erat diam dirumah,.itu secara empiris ,. Namun secara fakta data yang terjadi di lapangan sesungguhnya, betapa banyak keluarga yang ideal tapi tidak berkecukupan.hal inilah yang kemudian harus bapak angkat juga di satu sisi lainnya terkait darurat sipilnya para keluarga yang justru tidak dibuat ideal dengan keadaan ini,. Rahayu justru tidak setuju dengan pembahasan ininjanya dalam satus sisi,. demikian pak. Terimakasih
Bismillahirrahmanirrahim.
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh sebelumnya pak,. Rahayu sangat setuju Sosial distancing masa kini memang membentuk semua keluraga untuk lebih erat diam dirumah,.itu secara empiris ,. Namun secara fakta data yang terjadi di lapangan sesungguhnya, betapa banyak keluarga yang ideal tapi tidak berkecukupan.hal inilah yang kemudian harus bapak angkat juga di satu sisi lainnya terkait darurat sipilnya para keluarga yang justru tidak dibuat ideal dengan keadaan ini,. Rahayu justru tidak setuju dengan pembahasan ininjanya dalam satus sisi,. demikian pak. Terimakasih
Pemberlakuan social distancing sbg upaya antisivasi terhadap laju pemyebaran Covid-19 saat ini, tanpa disadari memiliki konsekuensi terhadap upaya pembentukan keluarga ideal. Hikmah yg positif, semoga sj kesadaran masyarakat terhadap pentingnya membentuk kelurga ideal selama masa distancing ini tidak hilang seiring dengan dicabutnya himbauan ttg social distancing oleh pemerintah kelak setelah pandemi Covid-19 dinyatakan selesai...
BalasHapusMakasih kakak atas komentarnya semoga tercapai keluarga yg di maksud
HapusAssalamu'alaikum warohmatulloh.
BalasHapusTerimakasih atas pengetahuan dan wawasan yg disampaikan oleh Abangda. Semoga bisa diamalkan untuk diri saya, dan orang banyak.
Saya punya saran sedikit saja, semoga bisa membangun tulisan ini.
Saran saya, penjelasan mengenai manfaat social distancing perlu ditambah lagi dalam hal kisah atau sejarah yang pernah terjadi dimasa lampau. Bukankah pada zaman Rasulullah juga pernah ada perintah untuk menjaga jarak dan pergi ke bukit bukit. Dari kisah seperti itu bisa ditambah untuk menguatkan artikelnya. Jadi pembaca yg tidak tahu bisa lebih paham apa makna social distancing.
Saran saya abangda. Saya bersyukur jika itu bisa diterima. Assalamu'alaikum��