BERSAMA MENCIPTAKAN KEMASLAHATAN BANGSA
· Oleh: Hikmatiar Harahap
Penulis adalah Mahasiswa Universitas
Islam Negeri [UIN] Sum. Utara Medan
|
“Wahai orang-orang yang beriman,
jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allah biarpun untuk diri kamu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika
ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. (QS. an-Nisa’ [4]: ayat
135).
Di satu sisi menciptakan
kemaslahatan merupakan bentuk dari nilai keuniversalan ajaran Islam. Bahwa untuk
menegakkan nilai keuniversalan Islam tidak sebatas berbicara tentang pemeluknya
dengan agama saja, melainkan menyangkut semua hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan, kebangsaan atau negara. Misi dari kemaslahatan itu sangat luas,
seluas peradaban yang ingin diwujudkan untuk masa depan kehidupan manusia baik
dalam konsep hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan bangsa-negara,
serta manusia dengan alam (lingkungan). Sehingga, apabila berbicara tentang
kemaslahatan, dan disaat itu juga sedang berbicara tentang nilai-nilai syariat
Islam.
Dalam kaitannya menciptakan
kemaslahatan dalam berbangsa, merupakan hal yang harus dicapai sedini mungkin. Tentunya,
mewujudkan kemaslahatan merupakan sebuah keharusan oleh setiap masyarakat
Indonesia, hal ini dapat digali dari berbagai bentuk aktivitas-aktivitas
manusia, dengan catatan kecil agar setiap manusia berusaha menampilkan,
mengedepankan dan mengutamakan nilai-nilai kemaslahatan bangsa. Baik aktivitas bersifat
pribadi maupun aktivitas kolektif yang keseluruhannya bersentuhan langsung terhadap
urusan manusia, bangsa dan negara. Dalam konteks kebangsaan, masyarakat
Indonesia sedang di uji tentang rasa kebersamaan dan kesamaan pikiran sesama
anak bangsa, hal ini tercipta karena berbeda pandangan politik dan sikap pada
Pemilihan Umum 2019. Perbedaan terhadap memandang suatu persoalan seperti
politik merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi dalam hal apapun. Perbedaan
ini tercipta bisa saja pendekatan dan perspektif yang peragakan tidak ditempuh
dengan satu jalan yang sama, ditambah lagi dalam menganalisis maupun
menguraikannya berbeda ketika meletakkan porsi hasil dan target yang ingin dicapai.
Inilah faktor paling dominan sehingga terciptanya suatu perbedaan dalam
menyikapi persoalan yang sama.
Oleh karenanya, dalam menyikapi
perbedaan, sudah selayaknya sesama anak bangsa harus mengedepankan nilai-nilai
kemaslahatan yang diramu dengan pikiran-pikiran cerdas, gagasan fenomenal,
serta sikap bijaksana sehingga perbedaan itu dapat memberikan kontribusi yang
menyenangkan setiap elemen sehingga tidak ada yang merasa terzalimi atau
terpinggirkan sehingga semua merasakan bahwa itulah hasil kemenangan yang sesungguhnya.
Kemenangan untuk keummatan dan kebangsaan yang lebih maju dan berkeadilan. Sehingga,
dampak dari kemenangan ini sesungguhnya akan menciptakan kemaslahatan untuk
bangsa Indonesia.
Disisi lain kalau kita lihat
ajaran keuniversalan Islam dalam menyikapi perbedaan adalah suatu keniscaayaan
artinya ajaran Islam juga sangat tidak menginginkan tindakan fanatisme sebab
akan menimbulkan perpecahan, perselisihan dan sebagainya, yang ajaran Islam melarangnya.
Potensi untuk menciptakan
kemaslahatan untuk ummat dan bangsa secara sederhana sudah terlihat jelas di
depan kita, secara emosional dapat kita rasakan bagaimana para pemimpin besar
bangsa saat ini, dengan kesungguhan yang dibalut kerendahan dan kebeningan hati
dan jiwa sama-sama menyatukan pandangan, menyamakan pikiran, ide dan gagasan
untuk menciptakan kemaslahatan bersama. Sehingga, ini adalah bukti bagaimana
keseriusan sesama anak bangsa untuk membangun keummatan, kebangsaan untuk
mencapai kesejahteraan, keadilan untuk Indonesia yang maju dan menang.
Bahwa sesungguhnya, dalam mewujudkan
kemaslahatan bersama syarat utamanya adalah harus adanya kebersamaan, kesamaan
dan kepedulian. Jika syarat utama ini mampu kita implemetasikan dalam wujud
keummatan dan kebangsaan, maka bangsa ini merupakan bangsa pemenang yang
sesungguhnya. Menjadi bangsa yang membebaskan ummatnya agar terhindar dari
kemiskinan ekonomi, kebodohan, penganguran dan sebagainya. Artinya, pemimpin
dan rakyat harus bekerjasama, sama-sama memadukan pikiran, mencari solusi
terkini. Sehingga, konsep untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat menciptakan
kemaslahatan, maka setiap anak bangsa harus mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan, kesamaan, semangat untuk membangun misi keummatan dan kebangsaan.
Inilah langkah strategis untuk menciptakan kemaslahatan dalam konteks
kebangsaaan.
Pertama, Menciptakan kebersamaan. Islam
sangat menganjurkan agar setiap manusia selalu mengedepankan kebersamaan
(jamaah). Kebersamaan yang dapat membangun cita-cita kehidupan yang lebih baik,
baik kehidupan dunia terlebih kehidupan akhirat. Menciptakan kebersamaan bukan sebatas
pemikiran atau khayalan belaka. Tetapi, kebersamaan yang didalamnya terkumpul
manusia-manusia yang memiliki kesucian hati dan akal. Sehingga kesucian itu
membawa manusia pada hakikat tujuan hidup. Kebersamaan dengan latarbelakang
kesucian hati dan akal akan meletakkan satu prinsip bahwa bersama itu adalah keharusan
dalam setiap hal. Kalau dalam konteks berbangsa, kebersamaan ini dapat kita
lihat dari sila ke-tiga Pancasila yakni Persatuan Indonesia. Adalah bangunan
kondisi kebangsaan dari berbagai ragam latar belakang sosial, budaya, politik,
agama, suku bangsa untuk mencapai kehidupan yang bebas tanpa melanggar
aturan-aturan yang ada. Dengan demikian, Islam dan Pancasila sama-sama
mengedepankan rasa persatuan, kebersamaan (jamaah). Sehingga, nilai Islam dan
Pancasila harus menjadi pedoman hidup untuk membingkai, membangun manusia
Indonesia, menjadi manusia yang taat beragama dan berbangsa. Akhirnya,
kebersamaan akan menciptakan manusia yang taat terhadap aturan-aturan.
Kedua, Menciptakan kesamaan. Pola pikir
manusia dalam memandang suatu persoalan pasti berbeda, apalagi dengan latar
belakang pendidikan, sosial budaya, lingkungan yang berbeda. Misalnya, anak
ekonomi dengan anak komunikasi pasti berbeda dalam memandang sebuah hukum,
politik dan sebagainya. Perbedaan pandangan, gagasan, ide merupakan hal yang
wajar dan itu sering terjadi atau sudah hukum alamiah manusia karena didasarkan
pada akal pikiran yang di anugerahkan kepada setiap manusia. Satu sisi dengan
adanya perbedaan pendapat, merupakan langkah awal yang baik. Hal ini menandakan
bahwa setiap elemen masyarakat ingin berkontribusi secara aktif, baik dalam
kritikan maupun masukkan yang kontruktif. Pola untuk terciptanya kesamaan
pikiran dapat dicapai melalui pemahaman dan pengamalan dari arti dan maksud tujuan
manusia diciptakan dalam kerangka bangunan kebangsaan.
Ketiga, Semangat membangun keummatan dan
kebangsaan. Konsep ini akan dapat dijumpai manakala sila ke-lima Pancasila
dapat diamalkan. Sebab, titik penekanan dari sila ke-lima ini adalah tentang
keadilan sosial yang mengandung arti agar tercapainya keseimbangan antara
kehidupan pribadi dan kehidupan kolektif (bangsa). Dalam Islam dikenal juga
tentang teori keseimbangan, hal ini tercermin dari doa yang sering diungkapkan
setiap hari, bahwa keseimbangan yang ingin dicapai itulah kebahagian di dunia
dan kebahagian di akhirat. Hal ini lebih memperjelas dan mempertegas bahwa
teori keseimbangan antara ajaran Islam dengan pancasila lebih mengedepankan
nilai keadilan, kesejahteraan untuk kemaslahatan berbangsa dan bernegara.
Penutup
Bahwa kelanjutan kehidupan umat
manusia kedepan adalah tanggung jawab manusia yang hidup saat ini. Oleh karena
itu, agar setiap manusia pada titik mana dia berada saat ini, apakah dia
penguasa, pengusaha, pengajar, petani dan sebagainya agar selalu mengedepankan
nilai kemaslahatan untuk kemanusiaan maupun kebangsaan. Artinya, sebagai anak
bangsa dituntut dan bertanggung jawab untuk mewariskan kebaikan, kesejahteraan,
keadilan, kemajuan, dan sebagainya untuk mewujudkan kehidupan Indonesia yang
maju dan menang. Untuk itu nilai keuniversalan Islam dan Pancasila menjadi
acuan yang harus digali untuk membangun kemanusian, kebangsaan yang lebih baik
di masa mendatang [] Wallahu a’lam bis shawab.
Komentar
Posting Komentar