PEMIMPIN SOLEH BERMESRAAN DENGAN RAKYAT
PEMIMPIN SOLEH BERMESRAAN DENGAN RAKYAT
[Hikmatiar Harahap Sekretaris Eksekutif
Transitif Learning Society dan pengurus DPD KNPI SUMUT]
Menciptakan suasana mesra adalah keharusan
setiap unsur manusia baik dalam keadaan bahagia maupun keadaan berduka. Dalam
kehidupan sehari-hari sering muncul kata-kata mesra, seperti bermesraan dengan
alam, bermesraan dengan waktu dan sebagainya. Mesra dalam konteks pemimpin
adalah melekat, menyatu atau berada dekat dengan rakyat sehingga tak ada jarak
yang memisahkan. Dan, ini sangat dibutuhkan terlebih kondisi PPKM darurat yang
diberlakukan pada sebagian daerah di Indonesia. Untuk itu, pemimpin pusat
maupun daerah bahkan sampai tingkat lurah atau desa harus ada disamping rakyat.
Mengapa, pemimpin sangat dibutuhkan saat sekarang ini agar hadir
ditengah-tengah kesengsaraan serta penderitaan rakyat yang semakin sulit. Alasan
utamanya, akan kehadiran pemimpin itu, tentunya untuk memastikan bahwa
kebijakan-kebijikannya telah mampu memberikan dampak kesejahteraan serta untuk
melihat sejauh mana perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai. Masa pandemi
Covid-19 telah menggoncangkan tatanan kehidupan manusia, keadaan ini
mengantarkan pada kekhawatiran akan keberlangsungan hidup dan kehidupan.
Penderitaan dan tangisan akan berlanjut
disetiap detik kehidupan, dan ini memaksa sebahagian rakyat untuk mengikhlaskan
kehilangan pekerjaan. Akankah, keadaan ini tanpa akhir, sesuatu yang mesti
disikapi dengan perenungan akan kesalahan dan dosa yang di lakukan manusia
selama ini. Terlepas dari perenungan yang mendalam dari setiap tindakan yang
telah terjadi, setiap rakyat memiliki kontribusi dan tanggung jawab untuk
meminimalisir akan perkembangan wabah. Artinya, untuk mendamaikan suasana
kebathinan yang semakin kacau dan gundah gulana selama kurang lebih dua tahun
akhirnya rakyat tambah bingung dan kemana harus mengadukan nasib. Saat inilah,
dibutuhkan sosok pemimpin yang mengerti dan memahami keinginan rakyat, sehingga
rakyat tidak menjadi korban.
Situasi PPKM darurat pada dasarnya rakyat
memahami psikologi pemerintah, namun, dibalik pemberlakuan itu, moral rakyat
terinjak-injak. Pembatasan kegiatan masyarakat nampaknya hanya berlaku pada
tataran-tataran rakyat kecil, pelaku UMKM yang sumber penghidupannya tok dari
situ saja dan inilah korban yang paling banyak merasakan dampaknya secara
langsung. Apakah pemerintah langsung memberikan subsidi selama masa PPKM ? Sementara,
ada hal-hal yang membuat suasana hati dan batin ini menjerit melihat bebasnya
sebagian orang masuk dan keluar dari republik ini. Hal ini, telah membuktikan
bahwa pemimpin kita sudah mulai berlaku zalim dan tidak menyayangi rakyatnya
sendiri. Di manakah suasana kemesraan itu diperoleh atau masih adakah dia.
Untuk melihatnya cukup menyaksikan sampai dimana kebijakan-kebijakan pemerintah
dapat mengatasi kalang kabut kesusahan yang tiada berujung. Poin utamanya,
tentu berbicara pada aspek pembangunan atas saling keterbutuhan antara rakyat
dengan pemerintah. Tentu, untuk mengukur saling keberbutuhan sangat sulit,
sebab bukan dapat dilihat saja, melainkan harus dirasakan kehadiran dari
keputusan demi kepentingan pemabangunan rakyat.
Saling keberbutuhan antara pemimpin dengan
rakyat dalam konteks PPKM darurat ini adalah, bahwa pemerintah harus dapat
meletakkan keputusan dan kebijakannya langsung menyentuh masyarakat miskin,
masyarakat yang berpenghasilan rendah, atau yang berdampak PHK. Kecerdesan
pemimpin melihat situasi lapangan harus mengedepankan mata batin dan perasaan
agar tidak ada yang tertindas dan terancam hidupnya untuk besok dan kedepannya.
Situasi seperti ini harus mampu diciptakan dengan sebaik-baiknya, baik dengan
mengerahkan seluruh aparat pemerintah. Artinya, pemerintah dituntut dari awal
agar mampu menyiapkan jawaban, sehingga jangan hanya pandai membubarkan,
menyita barang dangangan atau menutup paksa tempat jualan. Begitu juga sebaliknya,
keberbutuhan pemimpin kepada rakyatnya, seminimalnya dapat dibuktikan munculnya
rasa kecintaan kepada pemimpinnya yang membuat selalu memanjatkan doa agar
diberikan petunjuk dan kekuatan dalam memimpin bangsa dan negara dengan
mengedepankan keadilan, amanah, bijaksana, kuat dan cerdas serta lainnya.
Dan pada akhirnya, jika hubungan kemesraan sudah terbangun maka akan menghasilkan saling membutuhkan satu sama lain, dan terus berlanjut akan memudahkan langkah dan capaian pembangunan kebangsaan akan terwujud dengan baik. Seperti yang terdapat dalam sebuah hadis yang berbunyi, “Sebaik-baiknya pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun mencintamu, kamu menghormati mereka dan merekapun menghormati kamu. Pun sejelek-jeleknya pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun benci kepada kamu. Kamu melaknat mereka dan mereka pun melaknatmu”(HR Muslim).
Semangat dari substansi hadis tersebut, mengupayakan pertama kali kepada pemimpin diantara kita agar menampilkan bentuk kecintaan kepada rakyat, bahkan hal itu sudah tercermin pada sosok Umar bin Khattab pada satu waktu beliau melontarkan kalimat “Kalau negara makmur, biar saya yang terakhir menikmatinya, tapi kalau negara dalam kesulitan biar saya yang pertama kali merasakannya”. Bentuk keteladanan pemimpin yang sangat sulit ditemukan di era kemajuan demokrasi dunia. Sosok pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi, golongan, partai dan kelompoknya. Semoga wabah ini berakhir dengan usaha dan doa kita bersama dan begitu juga kedepannya akan lahir pemimpin-pemimpin yang semakin mesra dengan rakyat. Wallahu A’lam bis shawab.
Komentar
Posting Komentar