DETIK ADALAH HARAPAN
Hikmatiar Harahap
Pagi
itu seperti biasanya dia lebih banyak duduk di depan rumah dan sesekali menoleh
ke arah jalan melihat orang melintas. Wajar saja, seminggu terakhir ini dia
lebih banyak di sibukkan dengan berbagai pertanyaan akan masa depannya. Belum
lagi ketidakjelasan yang membuatnya semakin bingung untuk menentukan dan
mengambil sikap. Seketika itu, dia tersenyum mengingat tadi malam dia sempat
membuka kanal youtube melihat ceramah salah seorang ustadz yang di gemarinya sempat
mengatakan bahwa detik demi detik adalah harapan yang harus di taklukkan.
Itulah yang membuatnya kembali bergairah pagi itu.
Tidak
terasa tiba-tiba Ibunya memanggil dari ruang tamu, “Mad... masuk dulu, Ibu
sudah siapkan sarapan”. Akhirnya, Mad pun bergegas menuju ruang makan bersama
tiga orang adik dan Ayahnya. Langs selama ini lebih banyak menghabiskan
waktunya di kota bahkan sudah 10 tahun meninggalkan kampung halamannya. Dia
sengaja pulang kampung tahun ini bertepatan perayaan Idul Fitri, sudah 3 tahun
terakhir ini dia merayakan Idul Fitri jauh dari keluarga. Begitu nampak
keceriahan di mukanya, dapat berkumpul dan bercanda dengan adik-adiknya dan
kedua orang tuanya.
Tapi,
pikiran Mad masih tergiang-giang mengenai materi ceramah yang sempat di
putarnya tentang detik adalah harapan. Sehingga pagi yang di lewatinya, hanya
memikirkan materi tersebut, jawaban demi jawaban tak kunjang di dapatinya.
Akhirnya pagi itu di tutupnya dengan melaksanakan salat Dhuha 4 rakaat sebelum
beranjak bersilaturahmi ke rumah keluarga bersama dengan Ayah, Ibu dan
Adik-adiknya.
Sesampainya,
tiba-tiba Bibinya memanggil namanya, “Mad... bagaimana dengan kegiatan selama
ini, Bibi dengar kamu sudah memiliki bisnis”. “ Iya Bi, Alhamdulillah mohon
doanya agar di berikan kelancaran serta keberkahan” jawabnya. Tanpa di
sadarinya, tiba-tiba ada seorang gadis menyuguhkan minuman lengkap dengan
serba-serbi lebaran, matanya tertuju pada sosok gadis tersebut. Dalam hatinya,
“dia pasti orang sini, tapi perasaan semua orang dalam rumah ini saya kenal”,
jawabnya. Tapi sayangnya, Mad belum sempat ngobrol dengan gadis tersebut
sampai mereka kembali rumah. Tapi hati dan perasaannya masih mengingat sosok orang
yang baru dilihatnya tadi pagi. Dan, dia pun tidak berani menanyakan hal itu
kepada kedua orang tunya. Sebab, mengenai urusan hati dan cinta Langs, memang
agak tertutup orangnya, kepada siapa pun termasuk kedua orang tuanya. Kejadian
itu, membuatnya semakin penasaran, tapi apalah daya dia hanya berjumpa sekali
itu saja tanpa sempat ngobrol.
Mad merupakan anak pertama dalam keluarga itu, merupakan lulusan sarjana dua tahun
yang lewat. Sedangkan adiknya yang nomor satu sedang menempuh kuliah semester 4,
dan dua lagi masih pelajar tingkat SMA dan SMP di kampungnya. Kesederhanaan
keluarganya sangat terlihat jelas, bagaimana tidak kedua orang tuanya hanya
lulusan SMA, tapi prinsip orang tuanya semua anak-anaknya harus lebih tinggi
pendidikannya. Itu jugalah yang mendorong dirinya untuk mengedukasi
adik-adiknya. Tanggung jawabnya sebagai anak pertama sangatlah berat, sebab
beban itu secara tidak langsung ada di atas pundaknya.
Seketika
itu juga, dia menyadari bahwa usia kini menginjak 27 tahun, pelan-pelan dia
berfikir bahwa ada sesuatu yang hilang dan sesuatu yang harus di temukan dengan
sendirinya. Dia menyadari bahwa hidup tetap berjalan tanpa bisa di hentikan
barang sedetik pun. Sedangkan masa depan adalah harapan-harapan yang terpampang
luas yang harus di taklukan dengan kebersamaan. Di saat berkunjung ke rumah
Bibinya, dia masih merekam dengan jelas pertanyaan Bibinya, “Mad, kamu kapan
nyusul”, tanya Bibinya. Dia hanya
membalas dengan senyuman. Inilah yang membuat hatinya semakin bingung dan
gundah gulana.
Baginya,
detik demi detik yang akan di lalui adalah hamparan perasaan dan harapan nyata.
Semuanya itu akan di dapati di saat yang tepat dengan penuh kegembiraan dan syarat
utamanya adalah sabar dalam menjaga hati dan pandangan. Baginya, masih banyak
lagi yang harus di taklukkan dengan sendirinya.
Dan akhirnya, Mad pun tertidur pulas di ruang tamu malam itu dengan mimpi indah yang siap untuk di wujudkan. Bersambung....
Komentar
Posting Komentar